Salam sehat dan salam
bahagia buat para sahabat sehati semua dimanapun berada.
Pertemuan malam ini adalah pertemuan ke-30 sekaligus merupakaan
pertemuan yang terakhir pada pelatihan belajar menulis bersama PGRI dan Omjay.
Ada pertemuan dan ada perpisahan, namun ini bukan berarti kita tidak bersama
dan tidak saling tegur sapa lagi di dunia maya. Dari kumpulan resum dapat
dibuat menjadi buku yang enak dibaca, jika kita tahu caranya. Menulis itu mudah
seperti membuat ceplok telor.
Alasan menulis
1. Pensil digerakkan oleh tangan manusia. Sebagai umat yang
beragama. Untuk mengerjakan segala sesuatu, selayaknya kita memohon petunjuk
dari Yang Maha Esa. Mulailah dengan berdoa sebelum menulis, sebab ada tangan
Tuhan yang selalu membimbing kita ketika kita menulis. Tulisan yang diawali
dengan doa, akan menghasilkan ilmu yang bersumber dari hati nurani yang bersih.
Tulisan yang keluar hati akan diterima oleh hati pula oleh pembacanya serta
bermanfaat banyak kepada semua umat.
2. Pada saat pensil tumpul kita perlu meruncingkannya. Dalam menulis kita
tidak akan luput dari kesulitan. Kesulitan yang kita jumpai dapat berupa tidak
ada ide yang muncul, kebosanan, kurang fokus dan lain-lain (khususnya yang baru
pertama kali menulis). Kita perlu menajamkan pikiran kita. Ketika tumpul pensil
harus kita raut dahulu, jika pikiran kita buntu tak ada ide maka
beristirahatlah dan tutup buku/laptop kita. Pertajam pikiran dan bacalah
buku-buku atau berselancar (brosing) diinternet yang berhubungan dengan tulisan
kita.
3. Penghapus. Ada penghapus ketika tulisan kita salah. Dalam hidup selalu ada kesalahan
dan kesempatan, jika kita melakukan kesalahan ada kesempatan untuk kita
bertaubat. Begitu pula dalam menulis, kalau salah bisa di tipo dulu, lalu
perbaiki agar menjadi baik dan sempurna. Tetapi bukan berarti menulis hapus, menulis
hapus, menulis hapus lagi. Bila itu kita lakukan maka tidak akan jadi-jadi
nanti tulisan kita. Lalu bagaimana agar tulisan kita menjadi bagus? Tulis,
diamkan, jika buntu ide kita. Tutup laptop, lalu simpan, rileks dulu. Lalu buka
ke-esokan harinya untuk di revisi ulang.
4. Pergunakan bagian dalam pensil untuk menulis. Manusia dilihat dari
bagian dalam hatinya. Begitupun dengan pensil, yang tajam untuk menulis adalah
bagian dalamnya. Dalam menulis gunakan hati untuk menggerakkan tangan kita,
sebab menulis dari hati itu akan menghasilkan karya yang luar biasa. Selain itu,
menulis dari hati akan diterima oleh pembacanya dari hati pula.
5. Setiap tulisan kita akan berdampak. Belajar dari pensil,
setiap kita menulis akan selalu meninggalkan goresan. Selalu ada bekas tulisan
pensil, untuk itu tinggalkan dampak positif dalam hidup kita. Tinggalkan jejak
dalam setiap tulisan kita dengan yang baik dan memberikan inspirasi kepada
setiap pembaca.
Menulis Semudah Ceplok Telur
Menulis itu tidak sulit. Menulis itu sangat mudah, semudah membuat
ceplok telur. Telur yang bentuknya bulat itu dapat langsung dihidangkan dimeja
makan, tanpa harus ribet mengolah/ memasaknya. Selanjutnya agar mudah menulis, bergabunglah dalam berbagai
komunitas menulis, salah satunya dalam komunitas/ kelas menulis bersama Omjay.
Mengapa harus menulis
Tulisan sahabat literasi dalam komunitas Belajar Menulis Gelombang
20 dengan judul di atas, menguraikan landasan mengapa kita harus menulis.
Menurut Al-Qur’an dan
Hadis Nabi. Secara lengkap diuraikan sebagai berikut: Imam Asy-Sya’bi pernah
berkata, “Apabila engkau mendengar sesuatu, maka tulislah sekali pun di
tembok.” Imam Syafi’i rahimahullah juga pernah bertutur, “Ilmu adalah buruan
dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk
kebodohan kalau engkau memburu kijang. Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu
saja. (Diwan Asy-Syafi’i) Disini, ilmu di ibaratkan seperti hewan buruan
(kijang) apabila tidak di ikat akan terlepas, begitu pula ilmu apabila tidak
ditulis maka akan hilang atau tidak ingat dikarenakan daya ingat manusia
terbatas.
Menurut Hadits Rasulullah SAW dari ‘Abdullah
bin ‘Amr dan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,قيِّدُوا العِلمَ بالكِتابِ Qoyyidul ‘ilma bilkitabi (Jagalah
ilmu dengan menulis) Shahih Al-Jami’, No.4434. Syaikh Al-Albani mengatakan
bahwa hadits ini sahih). Yang dimaksud qayyidul ‘ilma adalah kuatkan dan
hafalkan serta jaga jangan sampai lepas. Ilmu jika terus didengar, hati akan
sulit mengingatnya. Ilmu itu diikat lalu dijaga. Jika hati sering lupa, ilmu
itu perlahan-lahan akan hilang. Itulah sebabnya kenapa penting untuk mencatat.
Sebagai umat Islam perlunya kita membiasakan diri untuk belajar menulis, karena
sahabat Rasulullah SAW juga menulis Al-Qur’an dan Hadits kemudian dibukukan.
Apakah alasan tersebut masih kurang untuk menjadi alasan kita belajar menulis?
Firman
Allah dalam Al-qur’an. Allah pun telah mengajarkan kepada hamba-Nya untuk
mencatat karena itu bermaslahat untuk mereka, dan Allah Ta’ala berfirman: يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ
Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanū iżā tadāyantum bidainin ilā ajalim musamman
faktubụh,“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (QS.
Al-Baqarah: 282).
Dalam
PERMEN No. 23 tahun 2015. Ditegaskan Penumbuhan budi pekerti melalui gerakan
literasi. “Setiap kita pasti bisa menjadi penulis hebat, setiap kita akan
matang berbeda, ikuti prosesnya dan tetap berkomitmen dalam menulis.” Demikian kalimat
penutup yang disampaikan narasumber. Dengan berakhirnya pemaparan narasumber
maka berakhir juga lah pertememuan mala mini. Sekian. Terimakasih.