LAKUKAN
DENGA TULUS DAN IKHLAS
Oleh:
Mangatur Panjaitan
Permasalahan yang saya
hadapi
Saya adalah guru di
salah satu sekolah menengah atas di Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau,
tepatnya di SMAN 16 Batam, mata pelajaran yang saya ampu/ ajarkan adalah mata
pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan atau yang lebih dikenal
dengan pelajaran olahraga. Permasalahan yang saya hadapi adalah adanya salah
satu peserta didik (Nadiem nama samaran) yang kerap atau sering melakukan
pembohongan kepada saya dan guru yang lain, dimana selain gurunya yang mengajar
dalam kelasnya, saya juga merupakan walikelasnya. Pembohongan yang Nadiem
lakukan yakni memalsukan tanda tangan saya sebagai guru sekaligus walikelasnya
dan guru mata pelajaran lain dalam hal ketuntasan pelajaran. Dimana dia
berbohong dengan menandatangi sendiri kertas ketuntasan pelajaran, agar ia
dapat mengikuti ujian yang akan di ikutinya. Setiap siswa yang akan mengikuti
ujian harus telah mendapat persetujuan yang dibuktikan dengan ditandatangani oleh
walikelasnya dan guru mata pelajaran yang belum tuntas kertas ketuntasan
pelajaran. Kertas ketuntasan pelajaran tersebut menerangkan bahwa seluruh mata
pelajaran disekolah harus telah tuntas.
Dampaknya terhadap
prestasi akademiknya atau terhadap kelas
Akibat kebohongan yang
ia lakukan, proses ujian yang akan diikutinya menjadi terhalang atau
bermasalah. Beberapa guru yang mata pelajarannya belum tuntas mengisyaratkan
agar Nadiem menuntaskan pelajarannya dahulu baru dapat mengikuti ujian walaupun
kertas ketuntasan pelajaran yang dipegannya telah ditandatangi.
Strategi atau
pendekatan yang saya terapkan sebagai upaya mengatasinya
Langkah-langkah yang
saya lakukan untuk mengatasi yakni: disaat saya sedang mengajar di kelasnya,
saya menghampiri Nadiem lalu memegang pundaknya dengan lembut sambil menyampaikan
kepadanya agar sepulang sekolah nanti jangan pulang dulu tetapi menjumpai saya
dikantor mejelis guru. Sesampainya Nadiem di kantor majelis guru kemudian saya
ajak nadiem ke ruangan osis. Adapun tujuan saya membawa dia ke ruangan osis
selain tidak ramai ruangan tersebut kosong, sementara di kantor majelis guru
masih ramai para guru melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Selain kantor
majelis guru ramai juga agar nama baiknya tetap terjaga, dan dia merasa tidak
terhakimi (walupun bersalah). Setelah berada dalam ruangan osis hal yang
pertama saya lakukan menanyakan kabarnya sendiri dan kabar keluarganya,
selanjutnya menanyakan kenapa melakukan pembohongan dengan menandatangi sendiri
mata pelajaran yang belum tuntas. Setelah saya mendengar penjelasananya, saya
menasehatinya agar selalu berbuat baik dan benar, salah satunya jujur dalam
bertindak, kemudian saya mengingatkannya agar rajin beribadah dan bergaul
dengan orang-orang yang benar, baik dilingkungan dalam sekolah ataupun
dilingkungan luar sekolah. Intinya saya membina dia agar tidak melakukan atau
mengulangi kesalahan yang sama. Diakhir pembicaraan saya dengannya saya
memberikan saran sekaligus memerintahkannya untuk menjumpai guru-guru yang dia
bohongi dengan meminta maaf telah menandatangi surat ketuntasan pelajaran yang
seharusnya bukan dia yang menandatangani. Setelah menjumpai dan meminta maaf
kepada guru, selanjutnya tidak lupa menuntaskan seluruh pelajaran-pelajaran
yang belum tuntas, agar dia dapat mengikuti ujian dengan tiada hambatan/
kendala.
Hasilnya, perubahan
yang terjadi
Setiap manusia tidak
terluput dari kesalahan/ kesilapan dan tidak ada satu pun manusia yang sempurna
di dunia ini selain Tuhan. Setelah Nadiem menjumpai guru-guru yang pernah dia
bohongi, termasuk saya dan meminta maaf serta mengerjakan/ mengumpulkan segala
tugas-tugasnya hinga tuntas maka para guru pun memaafkan dan menandatangani
surat ketuntasan pelajarannya dan Nadiem pun dapat mengikuti ujian yang akan
dilaksanakan sekolah. Dengan melakukan pendekatan, pengawasan, dan memberikan
nasehat-nasehat kepada Nadiem, pada hari-hari berikutnya dia menjadi lebih baik
lagi dari sebelumnya. Perubahan terlihat dari: segala tugas-tugasnya dia
kerjakan dan kumpulkan tepat waktu, beberapa mata pelajaran yang nilainya
rendah secara perlahan mulai meningkat, dia mulai rajin beribadah (laporan dari
orangtua dan teman-temannya), dan dia juga tidak mau berbohong lagi.
Pesan yang bisa guru
lain pelajari dari pengalaman ini
Dalam menyelesaikan
suatu masalah (khususnya masalah siswa seperti Nadiem) lakukanlah pendekatan
secara khusus (bicara 4 mata), berikan pandangan yang membangun, berikan
nasehat-nasehat yang baik dan benar, berikan kesempatan kepadanya untuk berubah
(memperbaiki kesalahannya), jaga nama baiknya, dan tidak mempermalukannya.
Selain pesan diatas, pesan saya berikutnya adalah jangan menyelesaikan suatu
masalah buru-buru dan secara emosi, tetapi selesaikanlah masalah dengan hati
yang tulus dan ikhlas. Menuju kebaikan/ keberhasilan harus melalui proses,
proses tidak akan pernah menghianati hasil. “Bila kita mengerjakan sesuatu
dengan hati yang iklhas, tenang, sabar, tulus, dan tetap konsisten maka niscaya
apa yang kita inginkan akan kita peroleh.” Demikian, semoga bermanfaat.
Catatan:
Tulisan ini didedikasikan untuk Forum Indonesia Menulis (FIM) sebagai salah satu penugasan dalam Seleksi Guru Motivator Literasi (GML) 2021.
Profil Penulis
Mangatur Panjaitan, S.Si, tinggal
di Perumahan Cipta Piayu Village Blok G nomor 7 Tanjungpiayu Kota Batam
Provinsi Kepulauan Riau. Saat ini bekerja sebagai guru olahraga di SMAN 16
Batam. Selain sebagai guru juga aktif sebagai penulis buku, sebagai fasilitator
literasi, mendirikan/ mengelola Taman
Bacaan Masyarakat SEHATI, dan juga aktif sebagi
pelatih dan wasit olahraga yang berlisensi (sertifikat nasional). Tahun
2012-2015 menjabat sekretaris MGMP PJOK Bintan dan saat ini aktif di MGMP PJOK
Batam sebagai bendahara.IG mangatur_panjaitan, FB Mangatur Panjaitan. Hobi
membaca, menulis dan bersepeda. Bisa dihubungi di HP/WA 081362239540, Email atoerpanjaitan08@gmail.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar