Senin, 06 September 2021

Lakukan dengan tulus dan ikhlas

 

 

LAKUKAN DENGA TULUS DAN IKHLAS

Oleh: Mangatur Panjaitan

 

Permasalahan yang saya hadapi

    Saya adalah guru di salah satu sekolah menengah atas di Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau, tepatnya di SMAN 16 Batam, mata pelajaran yang saya ampu/ ajarkan adalah mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan atau yang lebih dikenal dengan pelajaran olahraga. Permasalahan yang saya hadapi adalah adanya salah satu peserta didik (Nadiem nama samaran) yang kerap atau sering melakukan pembohongan kepada saya dan guru yang lain, dimana selain gurunya yang mengajar dalam kelasnya, saya juga merupakan walikelasnya. Pembohongan yang Nadiem lakukan yakni memalsukan tanda tangan saya sebagai guru sekaligus walikelasnya dan guru mata pelajaran lain dalam hal ketuntasan pelajaran. Dimana dia berbohong dengan menandatangi sendiri kertas ketuntasan pelajaran, agar ia dapat mengikuti ujian yang akan di ikutinya. Setiap siswa yang akan mengikuti ujian harus telah mendapat persetujuan yang dibuktikan dengan ditandatangani oleh walikelasnya dan guru mata pelajaran yang belum tuntas kertas ketuntasan pelajaran. Kertas ketuntasan pelajaran tersebut menerangkan bahwa seluruh mata pelajaran disekolah harus telah tuntas. 

Dampaknya terhadap prestasi akademiknya atau terhadap kelas

    Akibat kebohongan yang ia lakukan, proses ujian yang akan diikutinya menjadi terhalang atau bermasalah. Beberapa guru yang mata pelajarannya belum tuntas mengisyaratkan agar Nadiem menuntaskan pelajarannya dahulu baru dapat mengikuti ujian walaupun kertas ketuntasan pelajaran yang dipegannya telah ditandatangi.

Strategi atau pendekatan yang saya terapkan sebagai upaya mengatasinya

    Langkah-langkah yang saya lakukan untuk mengatasi yakni: disaat saya sedang mengajar di kelasnya, saya menghampiri Nadiem lalu memegang pundaknya dengan lembut sambil menyampaikan kepadanya agar sepulang sekolah nanti jangan pulang dulu tetapi menjumpai saya dikantor mejelis guru. Sesampainya Nadiem di kantor majelis guru kemudian saya ajak nadiem ke ruangan osis. Adapun tujuan saya membawa dia ke ruangan osis selain tidak ramai ruangan tersebut kosong, sementara di kantor majelis guru masih ramai para guru melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Selain kantor majelis guru ramai juga agar nama baiknya tetap terjaga, dan dia merasa tidak terhakimi (walupun bersalah). Setelah berada dalam ruangan osis hal yang pertama saya lakukan menanyakan kabarnya sendiri dan kabar keluarganya, selanjutnya menanyakan kenapa melakukan pembohongan dengan menandatangi sendiri mata pelajaran yang belum tuntas. Setelah saya mendengar penjelasananya, saya menasehatinya agar selalu berbuat baik dan benar, salah satunya jujur dalam bertindak, kemudian saya mengingatkannya agar rajin beribadah dan bergaul dengan orang-orang yang benar, baik dilingkungan dalam sekolah ataupun dilingkungan luar sekolah. Intinya saya membina dia agar tidak melakukan atau mengulangi kesalahan yang sama. Diakhir pembicaraan saya dengannya saya memberikan saran sekaligus memerintahkannya untuk menjumpai guru-guru yang dia bohongi dengan meminta maaf telah menandatangi surat ketuntasan pelajaran yang seharusnya bukan dia yang menandatangani. Setelah menjumpai dan meminta maaf kepada guru, selanjutnya tidak lupa menuntaskan seluruh pelajaran-pelajaran yang belum tuntas, agar dia dapat mengikuti ujian dengan tiada hambatan/ kendala.

Hasilnya, perubahan yang terjadi

    Setiap manusia tidak terluput dari kesalahan/ kesilapan dan tidak ada satu pun manusia yang sempurna di dunia ini selain Tuhan. Setelah Nadiem menjumpai guru-guru yang pernah dia bohongi, termasuk saya dan meminta maaf serta mengerjakan/ mengumpulkan segala tugas-tugasnya hinga tuntas maka para guru pun memaafkan dan menandatangani surat ketuntasan pelajarannya dan Nadiem pun dapat mengikuti ujian yang akan dilaksanakan sekolah. Dengan melakukan pendekatan, pengawasan, dan memberikan nasehat-nasehat kepada Nadiem, pada hari-hari berikutnya dia menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Perubahan terlihat dari: segala tugas-tugasnya dia kerjakan dan kumpulkan tepat waktu, beberapa mata pelajaran yang nilainya rendah secara perlahan mulai meningkat, dia mulai rajin beribadah (laporan dari orangtua dan teman-temannya), dan dia juga tidak mau berbohong lagi.    

Pesan yang bisa guru lain pelajari dari pengalaman ini

    Dalam menyelesaikan suatu masalah (khususnya masalah siswa seperti Nadiem) lakukanlah pendekatan secara khusus (bicara 4 mata), berikan pandangan yang membangun, berikan nasehat-nasehat yang baik dan benar, berikan kesempatan kepadanya untuk berubah (memperbaiki kesalahannya), jaga nama baiknya, dan tidak mempermalukannya. Selain pesan diatas, pesan saya berikutnya adalah jangan menyelesaikan suatu masalah buru-buru dan secara emosi, tetapi selesaikanlah masalah dengan hati yang tulus dan ikhlas. Menuju kebaikan/ keberhasilan harus melalui proses, proses tidak akan pernah menghianati hasil. “Bila kita mengerjakan sesuatu dengan hati yang iklhas, tenang, sabar, tulus, dan tetap konsisten maka niscaya apa yang kita inginkan akan kita peroleh.” Demikian, semoga bermanfaat.

Catatan:

Tulisan ini didedikasikan untuk Forum Indonesia Menulis (FIM) sebagai salah satu penugasan dalam Seleksi Guru Motivator Literasi (GML) 2021.

Profil Penulis 

Mangatur Panjaitan, S.Si, tinggal di Perumahan Cipta Piayu Village Blok G nomor 7 Tanjungpiayu Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau. Saat ini bekerja sebagai guru olahraga di SMAN 16 Batam. Selain sebagai guru juga aktif sebagai penulis buku, sebagai fasilitator literasi, mendirikan/  mengelola Taman Bacaan Masyarakat SEHATI, dan juga aktif sebagi  pelatih dan wasit olahraga yang berlisensi (sertifikat nasional). Tahun 2012-2015 menjabat sekretaris MGMP PJOK Bintan dan saat ini aktif di MGMP PJOK Batam sebagai bendahara.IG mangatur_panjaitan, FB Mangatur Panjaitan. Hobi membaca, menulis dan bersepeda. Bisa dihubungi di HP/WA 081362239540, Email atoerpanjaitan08@gmail.com.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar