Sabtu, 18 September 2021

Menulis dengan mudah

 


Resum         : 30
Gelombang : 20
Hari/tgl       : Jumat/ 17-9-2021
Tema           : Menulis semudah ceplok telur
Judul           : Menulis dengan mudah
Moderator   : Ms. Phia
Narasumber: Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, S.H



Salam sehat dan salam bahagia buat para sahabat sehati semua dimanapun berada. 

Pertemuan malam ini adalah pertemuan ke-30 sekaligus merupakaan pertemuan yang terakhir pada pelatihan belajar menulis bersama PGRI dan Omjay. Ada pertemuan dan ada perpisahan, namun ini bukan berarti kita tidak bersama dan tidak saling tegur sapa lagi di dunia maya. Dari kumpulan resum dapat dibuat menjadi buku yang enak dibaca, jika kita tahu caranya. Menulis itu mudah seperti membuat ceplok telor.

 

Alasan menulis

1.     Pensil digerakkan oleh tangan manusia. Sebagai umat yang beragama. Untuk mengerjakan segala sesuatu, selayaknya kita memohon petunjuk dari Yang Maha Esa. Mulailah dengan berdoa sebelum menulis, sebab ada tangan Tuhan yang selalu membimbing kita ketika kita menulis. Tulisan yang diawali dengan doa, akan menghasilkan ilmu yang bersumber dari hati nurani yang bersih. Tulisan yang keluar hati akan diterima oleh hati pula oleh pembacanya serta bermanfaat banyak kepada semua umat.

2.     Pada saat pensil tumpul kita perlu meruncingkannya. Dalam menulis kita tidak akan luput dari kesulitan. Kesulitan yang kita jumpai dapat berupa tidak ada ide yang muncul, kebosanan, kurang fokus dan lain-lain (khususnya yang baru pertama kali menulis). Kita perlu menajamkan pikiran kita. Ketika tumpul pensil harus kita raut dahulu, jika pikiran kita buntu tak ada ide maka beristirahatlah dan tutup buku/laptop kita. Pertajam pikiran dan bacalah buku-buku atau berselancar (brosing) diinternet yang berhubungan dengan tulisan kita.

3.     Penghapus. Ada penghapus ketika tulisan kita salah. Dalam hidup selalu ada kesalahan dan kesempatan, jika kita melakukan kesalahan ada kesempatan untuk kita bertaubat. Begitu pula dalam menulis, kalau salah bisa di tipo dulu, lalu perbaiki agar menjadi baik dan sempurna. Tetapi bukan berarti menulis hapus, menulis hapus, menulis hapus lagi. Bila itu kita lakukan maka tidak akan jadi-jadi nanti tulisan kita. Lalu bagaimana agar tulisan kita menjadi bagus? Tulis, diamkan, jika buntu ide kita. Tutup laptop, lalu simpan, rileks dulu. Lalu buka ke-esokan harinya untuk di revisi ulang.

4.     Pergunakan bagian dalam pensil untuk menulis. Manusia dilihat dari bagian dalam hatinya. Begitupun dengan pensil, yang tajam untuk menulis adalah bagian dalamnya. Dalam menulis gunakan hati untuk menggerakkan tangan kita, sebab menulis dari hati itu akan menghasilkan karya yang luar biasa. Selain itu, menulis dari hati akan diterima oleh pembacanya dari hati pula.

 

5.     Setiap tulisan kita akan berdampak. Belajar dari pensil, setiap kita menulis akan selalu meninggalkan goresan. Selalu ada bekas tulisan pensil, untuk itu tinggalkan dampak positif dalam hidup kita. Tinggalkan jejak dalam setiap tulisan kita dengan yang baik dan memberikan inspirasi kepada setiap pembaca.

 

Menulis Semudah Ceplok Telur

Menulis itu tidak sulit. Menulis itu sangat mudah, semudah membuat ceplok telur. Telur yang bentuknya bulat itu dapat langsung dihidangkan dimeja makan, tanpa harus ribet mengolah/ memasaknya. Selanjutnya agar mudah menulis, bergabunglah dalam berbagai komunitas menulis, salah satunya dalam komunitas/ kelas menulis bersama Omjay.

 

Mengapa harus menulis

Tulisan sahabat literasi dalam komunitas Belajar Menulis Gelombang 20 dengan judul di atas, menguraikan landasan mengapa kita harus menulis.

Menurut Al-Qur’an dan Hadis Nabi. Secara lengkap diuraikan sebagai berikut: Imam Asy-Sya’bi pernah berkata, “Apabila engkau mendengar sesuatu, maka tulislah sekali pun di tembok.” Imam Syafi’i rahimahullah juga pernah bertutur, “Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang. Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja. (Diwan Asy-Syafi’i) Disini, ilmu di ibaratkan seperti hewan buruan (kijang) apabila tidak di ikat akan terlepas, begitu pula ilmu apabila tidak ditulis maka akan hilang atau tidak ingat dikarenakan daya ingat manusia terbatas.

Menurut Hadits Rasulullah SAW dari ‘Abdullah bin ‘Amr dan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,قيِّدُوا العِلمَ بالكِتابِ Qoyyidul ‘ilma bilkitabi (Jagalah ilmu dengan menulis) Shahih Al-Jami’, No.4434. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih). Yang dimaksud qayyidul ‘ilma adalah kuatkan dan hafalkan serta jaga jangan sampai lepas. Ilmu jika terus didengar, hati akan sulit mengingatnya. Ilmu itu diikat lalu dijaga. Jika hati sering lupa, ilmu itu perlahan-lahan akan hilang. Itulah sebabnya kenapa penting untuk mencatat. Sebagai umat Islam perlunya kita membiasakan diri untuk belajar menulis, karena sahabat Rasulullah SAW juga menulis Al-Qur’an dan Hadits kemudian dibukukan. Apakah alasan tersebut masih kurang untuk menjadi alasan kita belajar menulis?

Firman Allah dalam Al-qur’an. Allah pun telah mengajarkan kepada hamba-Nya untuk mencatat karena itu bermaslahat untuk mereka, dan Allah Ta’ala berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanū iżā tadāyantum bidainin ilā ajalim musamman faktubụh,“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (QS. Al-Baqarah: 282).

Dalam PERMEN No. 23 tahun 2015. Ditegaskan Penumbuhan budi pekerti melalui gerakan literasi. “Setiap kita pasti bisa menjadi penulis hebat, setiap kita akan matang berbeda, ikuti prosesnya dan tetap berkomitmen dalam menulis.” Demikian kalimat penutup yang disampaikan narasumber. Dengan berakhirnya pemaparan narasumber maka berakhir juga lah pertememuan mala mini. Sekian. Terimakasih.      

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar