Kamis, 19 Agustus 2021

Menulis buku non fiksi

 


Resum: 17
Gelombang: 20
Judul: Menulis buku non fiksi 
Tema: Konsep buku non fiksi
Hari/tgl: Rabu/ 18 Agustus 2021
Moderator: Mr. Bams
Narasumber: Musiin, M.Pd

       Salam sehat dan bahagia buat kita semua. Amin.
    Sebelum kegiatan pelatihan malam ini dimulai, Mr. Bams terlebih dahulu membagikan biodata narasumber dalam group WA belajar menulis gelombang 20. Biodata narasumber dapat kita lihat dan baca pada link ini https://sg.docworkspace.com/d/sIM6zg6Ms1fHziAY. Kata pembuka disampaikan  moderator dengan menyebutkan "Assalamualaikum wr wb, salam sejahtera buat kita semua, salam literasi." Seperti biasa untuk mengawali kegiatan malam ini, seluruh peserta, moderator, dan narasumber berdoa agar kegiatan berjalan dengan lancar, tak lupa mendoakan Omjay yang sedang sakit demikian juga peserta yang sakit ataupun yang sedang isoman. Moderator menyapa narasumber, dan langsung dijawab oleh narasumber "walaikum salam Mr. Bams dan para penulis yang hebat, Alhamdulilah sehat dan merasa luar biasa bisa berkesempatan  bertemu dengan Bapak Ibu peserta belajar menulis gelombang 19 dan 20." Narasumber memulai materinya dengan mengatakan, beliau adalah alumni kelas menulis Omjay gelombang 8 yang juga mendapatkan kesempatan mengikuti tantangan menulis yang diberikan Prof. Eko, ada 9 peserta yang berhasil manaklukkan tantangan menulis Prof. Eko dan buku mereka telah berhasil dipajang di toko gramedia secara online dan offline. Dibawah ini merupakan buku yang telah berhasil ditulisnya


    Beliau telah berhasil mengalahkan ketakutan dari diri sendiri. Ketakutan itu merendahkan potensi  untuk menulis. Ketakutan yang beliau rasakan ketika menulis buku ia jabarkan sebagai berikut: Pertama, Takut tidak ada yang membaca. Dua, Takut salah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan. Tiga, Merasa karya orang lain lebih bagus. Ketakutan itu seringkali membuat kita merasa konyol dengan hanya duduk berjam-jam didepan laptop, namun tidak menulis apapun. Suatu hari beliau singgah di kelas menulis Omjay dan bertemu dengan banyak penulis pemula dan pemateri yang hebat-hebat, satu diantaranya adalah Prof Eko. Pada awalnya beliau merasa minder untuk menulis tetapi setelah bergabung dan bertemu dengan penulis-penulis pemula serta para narasumber yang hebat, beliau menjadi berani untuk menulis. kegiatan menulis ia ikuti dan sangat menyenangkan. Prof. Eko ia  ibaratkan sebagai seorang Master Chef yang memberi banyak pilihan bahan masakan yang bisa menjadi berbagai jenis hidangan. Pilihannya ada pada diri masing-masing peserta. Bahan masakan yang disediakan Prof Eko, bisa diperoleh di Prof EKOJI Channel. Seperti yang disampaikan Prof Eko, Bapak Ibu bisa menulis sesuai dengan hobi, kegemaran, kesukaan, cerita, atau sesuatu yang dikuasai dan dicintai. Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki adalah bentuk buku yang ada di dalam diri kita yang belum dikeluarkan. Saya memiliki buku, Bapak Ibu juga memiliki buku, namun buku tersebut masih belum lahir, tetapi sebentar lagi ketika Bapak Ibu selesai mengikuti pelatihan menulis ini maka secara tidak langsung satu-persatu Bapak Ibu akan bermunculan buku-buku hasil karya Bapak Ibu, percayalah saya telah mengalaminya, demikian ungkap beliau. Kemudian beliau melanjutkan pemaparannya dengan menyampaiakan, Bapak Ibu yang hebat, menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, semudah bergosip . Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir kegemaran yang akan menjadikan kecintaan terhadap dunia tulis menulis. 
    Sebelum menulis buku, kita terlebih dahulu harus mengetahui alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis. Beliau mengatakan alasannya ingin menjadi penulis adalah ia ingin mewariskan ilmu lewat buku, ingin memiliki buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline, dan ingin mengembangkan profesi sebagai seorang guru. Kutipan terkenal dari Imam  Ghazali dan Pramoedya Ananta Toer menjadi penguat mengapa beliau ingin menjadi penulis, seperti yang tertera pada gambar dibawah ini



    Keinginan kuat ternyata mengantarkan ke hukum tarik menarik di alam semesta ini. Hukum tarik-menarik dalam rahasia alam ini mengatakan bahwa kemiripan menarik kemiripan. Pikiran menjadi penulis mengantarkan beliau mengikuti kelas-kelas menulis, salah satunya kelas Om Jay dan  tantangan menulis selama 1 minggu bersama Prof. Eko, demikian ungkap beliau. Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:
1.Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit) 
Contoh: Buku Pelajaran
2.Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses.
Contoh: Buku Panduan
3.Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. 
    Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara). Pola yang ketiga  beliau pakai dalam menulis buku literasi digital nusantara. Proses penulisan buku terdiri dari  pratulis, menulis draf, merevisi draf, menyunting naskah, dan menerbitkan. Pratulis mencakup: menentukan tema, menemukan ide, merencanakan jenis tulisan, mengumpulkan bahan tulisan, bertukar pikiran, menyusun daftar, meriset, membuat mind mapping, dan menyusun kerangka. Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dll. Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya: pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, berita dimedia massa, status facebook/twitter/whatsapp/instagram, imajinasi, mengamati lingkungan, perenungan, membaca buku. Jadi, semua hal bisa menjadi ide tulisan kita. Sekarang kembali ke buku yang beliau tulis. Tema yang beliau angkat di bukunya adalah pendidikan. Ide berasal dari berita di media massa, mengamati lingkungan serta diperkuat dari materi di Prof EKOJI Channel dengan judul Digital Mindset (The Key to Transform Your Organization) yang tayang pada tanggal 20 Maret 2020.         Referensi berasal dari data dan fakta yang dapat diperoleh dari literasi di internet. Referensi terdiri dari:
1 . Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal
2. Keterampi lan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal
3. Pengalaman yang diperoleh sejak bali ta hingga saat ini
4. Penemuan yang telah didapatkan
5. Pemikiran yang telah direnungkan.
Tahap berikutnya membuat kerangka. Kerangka beliau ajukan ke Prof. Eko dan disetujui untuk melanjutkan ke proses penulisan. Dalam menulis isi buku berdasarkan kerangka yang dibuat, beliau mengikuti nasehat Pak Yulius Roma Patandean di Channel beliau (https://www.youtube.com/watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be). Dengan mengikuti langkah beliau, tulisan kita menjadi rapi dan tertata sejak awal. Daftar isi, kutipan, indeks dan daftar pustaka tertata secara otomatis.
       Berikut anatomi sebuah buku non-fiksi:
1. Halaman Judul
2. Halaman Persembahan (OPSIONAL)
3. Halaman Daftar Isi
4. Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)
5. Halaman Prakata
6. Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)
7. Bagian /Bab
8. Halaman Lampiran (OPSIONAL)
9. Halaman Glosarium
10. Halaman Daftar Pustaka
11. Halaman Indeks
12. Halaman Tentang Penulis
       Selanjutnya menulis draf yakni:
1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas
2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan. Selanjutnya merevisi draf yaitu:
1. Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian
2. Memeriksa gambaran besar dari naskah. 
Selanjutnya menyunting naskah menggunakan  (KBBI dan PUEBI) untuk memeriksa: ejaan, tata bahasa, diksi, data dan fakta dan legalitas serta norma.
Selanjutnya yang terakhir adalah menerbitkan. Beberapa hambatan-hambatan yang muncul dalam menulis yakni: hambatan waktu, hambatan kreativitas, hambatan teknis, hambatan tujuan, hambatan psikologis. Beberapa cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut yakni:
- Banyak membaca
- Mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber.
- Disiplin menulis setiap hari.
- Pergi ke pasar dan memasak. Ini menjadi mood booster untuk menulis lagi (kebetulan saya hobi memasak).
Demikian sharing pengalaman dari beliau. Semoga ilmu yang sedikit ini bisa membantu Bapak Ibu menaklukkan tantangan untuk menulis buku non-fiksi ungkapnya. Dengan berakhirnya pemaparan materi yang telah beliau sampaikan, maka berakhir juga pertemuan pada malam ini. Sekian terimakasih. Salam literasi.

 
"TIADA KATA TERLAMBAT, LEBIH BAIK TERLAMBAT DARI PADA TIDAK SAMA SEKALI!"

4 komentar:

  1. Detail dan penutup kata bijak yang memberi kekuatan 🙏. Selalu sehat dan semangat 💪

    BalasHapus
  2. Penulis besar selalu mengisnpirasi, resume yang khas dengan kalimat efektif yang merangkum banyak ilmu . Mantap suhu ku ini ..semoga sehat selalu pak

    BalasHapus
    Balasan
    1. siap dan terimakasih bu dosen untuk doanya, semoga bu dosen juga sehat dan sukses selalu.
      untuk kalimat awal yakni penulis besar belum pantas ditujukan buat saya, sebab saya masih merasa penulis kecil yang buku nya belum ada berjumlah 20 judul..,.,,uptsss canda.com.,. ha ha ha haaa.. intinya saya masih mau belajar--belajar--dan belajar. salam literasi.

      Hapus