Sabtu, 14 Agustus 2021

Proofreading sebelum mengirim tulisan

 


Resum: 15
Gelombang : 20
Judul: Proofreading sebelum mengirim tulisan
Tema : Proofreading sebelum menerbitkan tulisan
Hari/tgl : Jumat/ 13 Agustus 2021
Narasumber : Susanto, S.Pd
Moderator : Maesaroh, M.Pd

"Selagi mata masih bisa membaca dan tangan masih bisa menulis (mengetik), 
saya akan tetap membaca dan menulis seumur hidup."
(Mangatur Panjaitan)

"Karena kau menulis, suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi sampai jauh, 
jauh dikemudian hari."
(Pramoedya Ananta Toer)

    Tindakan kreatif dalam menulis adalah menumpahkan ide-ide baru dalam menciptakan makna tulisan yang mudah dimengerti oleh pembaca. Terkadang, sebuah tulisan yang kita tulis akan menimbulkan kekeliruan makna apabila kita menulis dengan tidak teliti dan cermat. Jika kita ingin mempublikasikan tulisan kita, maka terlebih dahulu lah kita melakukan Proofreading. Demikian ungkap ibu Maesaroh  yang bertugas sebagai moderator pada pelatihan malam ini. Pada pelatihan malam ini, yang akan memberikan materi atau narasumber adalah Bapak Susanto, S.Pd atau yang sering dipanggil pak De Susanto. Narasumber malam ini akan menyampaiakn materi bagaimana tulisan bisa terpublikasi dengan baik tanpa ada kesalahan sewaktu kita menulis. Kesalahan menulis dikenal dengan istilah "Typo" yakni kesalahan ejaan dan tanda baca. Narasumber malam ini merupakan seoprang guru SDN Mardiharjo Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Ia dilahirkan di Gombong Kebumen pada tanggal 29 Juni 1971. Ia menyelesaikan pendidikan S1 PGSD, mahir dalam editing sehingga dengan kemahiraan itu menghantarkan nya menjadi editor pada komunitas  pelatihan menulis asuhan Omjay. Pada pelatihan malam ini dibagi menjadi 4 bagian yakni :
1. Pembukaan 
2. Penjabaran materi
3. Sesi tanya jawab
4. Penutup
    Bagi Bapak dan Ibu yang akan bertanya, silahkan memberikan (SMS) pertanyaanan ke nomor 085319209113. Untuk kelancaran kegiatan malam ini, mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan kita masing- masing, ungkap moderator. Setelah doa selesai moderator memperkenalkan narasumber yang akan memberikan materi pelatihan malam ini melalalui slide biodata berupa gambar. Adapun slide gambar biodata narasumber pada pertemuan malam ini dapat dilihat dibawah ini:
    Selesai membagikan slide biodata narasumber, moderator langsung mempersilahkan narasumber untuk menyampaiakan materinya. "Selamat malam, salam sejahtera buat Bapak Ibu, Assalamualaikum wr wb," selanjutnya beliau langsung masuk ke materi. Adapun topik  materi yang akan ia sampaikan pada malam ini adalah Proofreading sebelum menerbitkan tulisan. Proofreading atau sering disebut uji baca adalah suatu sikap membaca ulang sebuah tulisan yang bertujuan untuk memeriksa apakah ada  terdapat kesalahan dalam tulisan atau teks tersebut sebelum dibagikan atau dipublikasikan. Kegiatan tersebut sesungguhnya merupakan kegiatan akhir setelah tulisan diselesaikan, ungkap beliau. Dalam hal ini sesuai dengan nasehat yang disampaikan para pakar penulis "Tulis saja jangan perdulikan teknis. Salah tidak apa-apa mumpung ide masih mengalir. Jika sudah selesai, barulah lakukan editing." Pada umumnya yang sering terjadi, ketika sedang menulis, muncul keinginan supaya tulisan sempurna. Dengan hal tersebut menimbulkan berbagai kekawatiran yakni nanti tulisan jelek, tulisan tidak layak baca, banyak kesalahan ejaan, kalimatnya tidak pas, dan lain sebagainya. Akhirnya penulis terjebat untuk segera memperbaikinya. 
    Agar tulisan kita menjadi lebih baik, menarik, dan tidak carut marut maka penting dilakukan proofreading. Dalam proofreading, memeriksa apakah ada kesalahan dalam teks yang sedang ditulis, seperti kesalahan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam menulis nama atau istilah, hingga pemenggalan kata. Editing lebih fokus pada aspek kebahasaan, sedangkan proofreading selain aspek kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan. Tugas seorang proofreading bukan hanya membetulkan ejaan atau tanda baca, tetapi ia harus dapat mengenali apakah sebuah kalimat telah efektif, struktur telah tepat hingga memastikan agar substansi tulisan dapat dipahami denga mudah oleh pembaca. Bagaimana melakukan proofreading? selaras dengan pesan Mazmo, yakni:
1. Cek ejaan menggunkan KBBI
2. Pemenggalan kata-kata merujuk ke KBBI
3. Konsisten menulis nama atau istilah
4. Perhatikan judul bab dan penomorannya.
Demikian ungkapnya, Cara mudah untuk memeriksa tulisan, baik di Ms Word maupun di blog biasanya dengan melakukan pencarian dengan menekan tombol CTRL bersamaan dengan tombol huruf F (CTRL+F). Lalu, ketikkan tanda "," (tanda koma), Maka akan muncul highlight teks dengan warna kuning. Setelah itu periksa apakah ada kesalahan atau ada spasi antara kata dengan tanda koma. Hal yang sama lakukan pada tanda baca lainnya. Jika hal ini dilakukan maka pos blog menjadi bersih dari kesalahan pengetikan. Kesalahan kecil lainnya yang biasa dilakukan adalah penulisan di- sebagai awalan dan di sebagai kata depan.  
    Secara pribadi beliau selalu “terganggu” jika "kesalahan kecil" ini ada dalam tulisan. Oleh karena itu perlu sedikit keterampilan untuk membedakan keduanya. Jika kata yang mengikuti di adalah verba atau kata kerja maka di ditulis serangkai dan kata itu ada bentuk aktifnya yaitu jika diberi imbuhan me-. Aturan ejaan lainnya yang ada dalam PUEBI wajib kita pahami. Meskipun blog tidak mensyaratkan bahasa yang baku tetapi minimal wajib tahu dan menerapkan aturan-aturan yang dicontohkan. Sebelum mempublikasikan tulisan perlu terlebih dahulu melakukan pratinjau (previuw), jika ada terdapat kesalahan tulisan maka pada draf ditekan tombol CTRL + F lalu melakukan proses perbaikan atau sering dikenal denga edit. 
Contoh sederhana proofreading:
Teks asli: Membuat cerita fiksi memang sedikit berbeda dengan cerita non fiksi. Tetapi cerita non fiksi dapat disampaikan dengan gaya cerita fiksi agar lebih menarik. Tentu sepanjang tidak bertentangan dengan aturan penulisan karya non fiksi yang telah ditentukan, seperti makalah ilmiah, laporan penelitian, dan sejenisnya.
Teks Perbaikan: Membuat cerita fiksi memang sedikit berbeda dengan cerita nonfiksi. Tetapi, cerita nonfiksi dapat disampaikan dengan gaya cerita fiksi agar lebih menarik. Tentu sepanjang tidak bertentangan dengan aturan penulisan karya nonfiksi yang telah ditentukan, seperti makalah ilmiah, laporan penelitian, dan sejenisnya. Dalam KBBI: non (adv) tidak; bukan: nonaktif; nonberas. 
    Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara). Misalnya: Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup. Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya. Jadi, jika saya melakukan proofreading saya menggunakan Alat Bantu, yaitu 1. puebi daring; 2. kbbi daring. Demikian ungkapnya. Materi contoh proofreading mengakhiri materi pada malam ini, kalimat penutup ia sampaikan "Selamat melakukan proofreading untuk tulisan Bapak Ibu semua. Salam blogger sehat." selanjutnya dikembalikan kepada moderator Ibu Maesaroh, dengan pembahasan sesi tanya jawab, beberapa peserta menyampaikan pertanyaan-pertanyaan dan dijawab tuntas oleh narasumber.  dengan berakhirnya sesi tanya jawab, berakhir juga pelatihan menulis pertemuan ke-15 pada malam ini. Demikian resum malam ini saya buat. Terimakasih. Salam sehat. Salam literasi.




 




           



6 komentar:

  1. Baru kali ini bisa isi kolom komen Pak.
    Biasanya tidak bisa.
    Sehat dan sukses selalu ya Pak

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya bu, terimakasih telah berkunjung dan memberi komentar ke blog saya, sehat dan sukses juga buat ibu asia

      Hapus
  2. paket komplit... keren. Sehat selalu ya, pak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap terimakasih bu raliyanti, sukses dan sehat juga buat ibu ya

      Hapus
  3. Ada beberapa jalan menuju hasil karya yang baik. Selalu semangat 💪 Ayo...

    BalasHapus